Yudot Zone
Senin, 23 September 2024
pesan untuk para Bapak
Rabu, 11 Oktober 2023
Dia...
Post ini tentang Dia, tidak tahu kenapa, saya suka cara dia memandang dunia. Saya suka cara dia menghargai orang yang ada di sekeliling dia, saya suka cara dia menjalani kehidupannya. Selalu ada hal-hal yang tidak bisa saya tebak dari dia. Dia selalu tampil beda, dia tampil dengan dengan gaya dan pemikirannya sendiri.
Entah bagaimana sudut pandang orang-orang tentang dia, tapi saat saya dipertemukan dengan dia. Saya merasa bahwa saya menemukan sesuatu yang baru dalam dunia ini.
Dan hari itu datang juga, 10 Oktober 2023, hari yang tidak akan pernah saya lupakan. Penantian yang panjang, sangat panjang.
Lagi-lagi saya sebagai seorang pria, suami sekaligus saksi dibuat takjub dengan perjuangan dia yang Maa syaa Allah.
Saya yang hanya menyaksikannya saja merasa berat bagaimana dengan dia yang melaluinya.
Pada awal kehamilan, dimana masa-masa rentan, dia tetap berusaha memasak & menghadirkan makanan yang terbaik untuk saya. Padahal disitu dia harus menahan mual, hyperslavia dan muntah hebat yang membuatnya lemah.
Pada malam hari, sulit mendapatkan kenyamanan tidur dengan posisi dia yang serba salah. Semakin besar janin, semakin sulit dia bernafas, gerak terbatas dan terlihat menahan nyeri namun di depan saya dia tetap tersenyum dengan wajah berseri.
Perjuangan mengandung saja berat bagi saya yang hanya menyaksikan, belum lagi saat perjuangan melahirkan sampai suara tangisan bayi teedengar, maa syaa Allah
Mungkin saya sebagai pria tidak bisa menerima rasa sakit yang terus menerus itu dalam jangka waktu lama. Tapi dia sungguh membuat saya terpana, terpaku dan takjub dengan apa yang dia lakukan.
Saya tidak punya kata-kata untuk mengucapkan rasa terima kasihku kepada dia, terimakasih telah membuat lengkap hidupku, terima kasih telah memberiku hadiah paling indah dan luar biasa di dunia.
Sejak mengenal dia, setiap hari saya berterima kasih kepada Allah karena telah mempertemukanku dengan dia
I wish everytime, semoga saya dikasih kesempatan buat selalu jaga dia sampai akhir kisah nya.
Minggu, 01 Januari 2023
Selamat Tahun Baru 2023
Baru sempat menulis ini. Sedikit review perjalanan selama 2022.
2022.
Hingar bingar kembang api sudah mulai terdengar, tak sedikitpun raga ini tergugah ingin melihat atau merayakan pergantian tahun. Ku lihat jam tangan yang kebesaran berwarna merah yang melingkar di lengan kiriku. “beberapa menit lagi,” gumamku.
Ku putuskan untuk mematikan handphone dan membuka selimut, berharap tidak ada on notification.
Tak ada perayaan istimewa, tak ada apapun. Yang ku ingat hanya pillow talk bersama dengan istri dan doa khusuk malam tdi.
Yeahhh, optimis akan tahun yang akan segera ku lalui.
2022.
Pernah benar-benar pasrah akan keputusan Tuhan.
Pernah benar2 menyerahkan diri atas semua hal yang akan terjadi kedepannya.
Pernah menjalani hidup hanya menjalani apa yang disuguhkan tanpa berharap membuat cerita baru yg lebih menyenangkan.
Pernah apatis dengan semua yg disuguhkan.
Pernah mengangkat telunjuk tinggi ke langit dan menyumpahi atas semua keputusan bodoh yang diambil sendiri.
Alhamdulillah diberi banyak pelajaran baru di tahun ini.
31 Desember 2022.
“beberapa menit lagi..” Gumamku, seraya melihat jam tangan karet yang pas dan sempurna di lengan kiriku. Menghitung mundur menitnya, melihat kembang api yang mulai mewarnai langit di kawasan Kota Enrekang
3.. 2.. 1..
Peluk dan cium. Kontras dengan jam yang sama tepat setahun sebelumnya.
Untuk sebuah perjalanan dan keputusan yang akan kami ambil di tahun 2023.
3.. 2.. 1..
Terima kasih,
Tuhan.
Selamat Tahun Baru 2023
Bismillah
Senin, 14 Juni 2021
value of life
Kisah ini terjadi pada 2 Desember 2012 silam. Pria kelahiran 19 Juni 1988 dalam Kompetisi Burlada Navarre, Spanyol, membuka mata dunia tentang harga sebuah kemenangan. Pria itu adalah Iván Fernandez Anaya.
Pergelaran lari maraton itu, Fernandez tepat berada di posisi kedua dan agak jauh dari Abel Mutai. Mutai adalah pelari asal Kenya hanya berjarak beberapa meter saja dari garis finish, tetapi karena bingung dengan tanda-tanda garis finish ia berhenti berlari. Dia berpikir bahwa dia telah menyelesaikan perlombaan itu.
Iván Fernandez Anaya, yang berada tepat di belakangnya dan menyadari apa yang terjadi, dia mulai berteriak kepada Abel Mutai untuk terus berlari, tetapi Abel Mutai tidak bisa berbahasa Spanyol dan tidak mengerti dengan teriakan Iván.
Menyadari itu, Iván lalu mendempeti Mutai. Ia tepat berada di sisi belakang, tak mau mendahului dan memanfaatkan kekeliruan Mutai.
Ia mendorong Mutai sehingga mereka bisa tetap berlari dan Iván tetap berada di sisi belakang Mutai. Akibat sikapnya itu, Abel Mutai tetap meraih kemenangannya.
Atas sikap Iván Fernandez itu mengundang tanya hadirin dan wartawan yang menyaksikan pertandingan itu.
Setelah mereka mencapai garis finis dan pertandingan berakhir, seorang wartawan lalu bertanya kepada Iván: "Mengapa anda melakukan itu?" Iván menjawab: "Mimpi saya adalah suatu hari nanti kita dapat hidup bersama dan memiliki moral yang baik, dapat memiliki semacam kehidupan di mana kita mendorong diri kita sendiri dan saling membantu untuk menang"
Belum puas dengan jawaban Iván Fernandez. Wartawan itu mempertegas pertanyaan sebelumnya.: "Tapi mengapa anda membiarkan orang Kenya itu menang?" Iván menjawab: "Saya tidak membiarkan dia menang, memang dia akan menang, Perlombaan ini adalah miliknya,”
Wartawan itu menodong pertanyaan lagi: "Tapi anda bisa menang jika tidak membantunya" Iván memandangnya dan menjawab: "Tapi apa arti dari kemenangan saya? Apa kehormatan dari medali itu? Apa yang akan Ibu saya pikirkan dan katakan tentang itu kepada saya?"
Kisah Fernandez itu seperti suluh di gelap mata manusia dari simpang sportivitas. Era kekeringan moral dan kesemrawutan etik yang dinamai disrupsi, memotret buas manusia melakukan segala apapun untuk menang.
Sportivitas adalah mutiara tiada tara. Kemenangan hakiki adalah keteguhan kepada nilai sportivitas padahal ada kesempatan terbuka untuk orang tidak terlalu menyoalkan sikap itu.
Betapa hebat Ibu yang menanamkan sportivitas hingga di posisi yang bisa saja orang lain memaklumi jika Iván Fernandez mengambil kesempatan untuk tidak memperdulikan Abel Mutai. Ibulah yang menjadi alasannya untuk tetap baik.
Kita tentu bisa mengambil pelajaran yang berharga dari kisah tersebut. Terima kasih Iván Fernandez Anaya. Terima kasih juga untuk Ibumu.
Nilai-nilai diturunkan dari generasi ke generasi. Inilah "Value of Life"
Selasa, 18 Mei 2021
berteman dengan isi kepala
Ada yang pulang ke rumah dengan membawa keresahan dan kecemasan, kian malam semakin tak terkendali. Membawa pemikiran semakin jauh dari kenyataan yang ada.
Tidak jarang bahkan air matanya sudah menetes, dari mana datangnya dan milik siapa kesedihan itu? mungkin beberapa keresahan yang telah disembunyikan dan menumpuk setelah sekian lama. Atau mungkin juga memang lagi lelah saja dan ingin menangis.
Terlarut dalam suatu penyesalan, rasa bersalah hingga rasa kehilangan yang pernah memilukan. Namun kita lupa bahwa kehilangan terburuk adalah kehilangan diri sendiri.
Kekosongan yang selama ini menghantui, memberatkan nafas, ternyata bukan karena merasa tidak dicintai, namun karena sedang tidak ada yang bisa kita cintai, bahkan untuk diri sendiri.
Ketika merasa nyaman dengan diri sendiri, kita bisa bertanya-tanya kenapa dengan hanya segelas kopi hangat, menonton video-video youtube, sampai kegiatan-kegiataan yang jauh dari rutinitas kita bisa lebih menenangkan dan menyembuhkan ketimbang dunia yang sedang kita jalani sekarang.
Terkadang kenyamanan datang dari tempat yang jauh, Sebelum akhirnya kita tersadar, ternyata tempat ternyaman adanya di dalam diri sendiri, ketika kita mampu berseblahan dengan kecemasan itu sendiri. Maka tempat pulang semuanya pun akan aman.
Setelah dapat berteman dengan isi kepala, kita akan belajar untuk tidak terganggu sama berisiknya orang lain yang belum nyaman dengan dirinya.
Tidak heran kalau ada orang yang bilang "kita aneh saat kita bisa nyaman dengan diri kita sendiri". Mungkin buat mereka, kenyamanan hanya ada saat bersamaan dengan orang lain, tertawa bersama teman, meneriaki sesuatu sama-sama, karena bagi mereka tidak ada yang menyenangkan dalam dirinya sendiri, Wajar.
Anggap saja, dalam diri kita sedang ada yang terluka, karena semangat untuk sembuh dan tumbuh hanya dimiliki oleh orang-orang yang sadar dirinya sedang terluka dan memerlukan bantuan, dibanding mereka yang tidak merasa entah karena membohongi diri dan menyembunyikan luka itu.
Kalau suatu hari nanti kita melihat seseorang yang sedang merasa berantakan atau tidak berguna, tugas kita adalah ingatkan mereka tentang apa saja yang sudah mampu mereka raih. Ingatkan seberapa besar ia punya arti di hidup kita. Maka ia akan belajar membuat narasi untuk dirinya sendiri, punya alasan untuk dijelaskan pada jiwanya sendiri. Hingga lahirlah keberanian untuk melakukan hal-hal lainnya yang lebih besar dari apa yang telah ia lakukan sebelumnya dalam hidup.
Kadang saat lelah, mungkin tubuh hanya butuh sandaran tanpa saran, duduk berseblahan dan saling diam, merasa diizinkan untuk bernafas lebih berat dari biasanya, membiarkan sunyi dengan berisiknya isi kepala, hingga di dalamnya menenang dengan sendirinya.
Senin, 21 Desember 2020
Terimakasih Mah
Bahagia dan tenang disana ya mah. Kami janji mah akan slalu menyapa mama disetiap sholat kami. Kami sungguh sangat amat benar2 sayang sm mama, sampai ketemu nanti ya mah.
Senin, 16 November 2020
Rumah
Keinginan saya sederhana. Saya ingin menciptakan rumah untuk keluarga saya, tempat pulang untuk mereka. Sebuah keinginan sederhana, untuk keutuhan keluarga.
Menciptakan rumah yang bukan hanya sekedar bangunan kokoh bertembok, beratap dan berpagar. Lebih dari itu.Mungkin beberapa orang mengartikan rumah hanya sebatas bangunan tempat tinggal. Hanya sebagai tempat untuk memejamkan mata. Tempat untuk mengambil barang yang tertinggal untuk kemudian pergi lagi.
Merasa kosong, sepi, bahkan ketika rumahnya ramai. Merasa tidak terlalu butuh untuk kembali ke tempat biasa berganti pakaian yang sudah mulai lusuh. Merasa bahwa masalah tidak akan berkurang, hanya karena berbaring di situ.
Alangkah sedih dan lelahnya manusia bila ia sedang kalut2nya ia tidak tau ke mana ia harus mencari penghiburan, atau ketika merebah tubuh hanya untuk sementara tanpa meninggalkan rasa apa2.
Mereka2 ini tidak tau di mana hatinya tinggal. Atau mungkin mereka tau, tapi saat itu, hatinya tidak tergapai. Tidak pernah merasa benar2 pulang ke tempat yang semestinya ketika sedang berada di rumah, tempat yang meringankan beban walau tidak mengurangi masalah.
Bagi saya, rumah lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal. Rumah adalah tempat nyaman berisi orang2 yang disayang. Tempat pulang untuk melepas lelah, tempat yang menjadikan hidup lebih baik, walau dengan masalah yang sama.
Nantinya saya berharap rumah yang saya ciptakan adalah tempat berkumpulnya keluarga kecil yang membangun rasa nyaman di hati. Tidak peduli itu walau hanya rumah yang sederhana, tidak bertingkat, tidak berlantai marmer, jendela tidak menghadap bukit, tapi selalu menjadi tempat saya, istri dan anak2 saya nantinya selalu merasa nyaman.
Rumah yang rapi dan enak dilihat, rumah yang ramah dan hangat penuh cinta. Rumah yang menyenangkan juga menenangkan.
Setidaknya, mereka selalu benar2 merasa pulang, lelah tersalurkan, rindu tersampaikan dan dapat menemukan hatinya ketika sedang berada di rumah.
Jangan lupa merapikan diri sendiri ketika selesai merapikan rumah yang berdiri.
Bissmillahirrahmanirahim.