teks

"Terkadang ada kesenangan yang ingin dibagi, sesekali kesedihan ingin dimengerti, suatu saat ada pula resah yang ingin berkisah"

My Social Media

alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Recomendasi Iklan

Selasa, 12 Desember 2017

menikah bukan hanya sekedar ingin..,

Saya pernah membahas ini di postingan saya sebelumnya  reason to get married., nikah muda, tentang mengapa harus memiliki persiapan dalam hidup, apalagi ketika yg diputuskan itu adalah pernikahan. Pernikahan yang didasari hanya atas sekedar ingin atau hanya karena dikompori oleh beberapa pihak tanpa persiapan yang cukup matang.

Siapa sih yg tdkk ingin menikah??? Dimana segala sesuatu yg dilakukan brsama trasa begitu indah. Apalagi bila tujuan utama nya adalah dalam rangka ibadah, pastilah bernilai pahala dlam setiap langkah.

Namun perlu dipahami bahwa smua orang berada di situasi yg berbeda2.

Dimana ada yg sdah siap materi tapi belum siap batin nya.

Dimana ada yg sdah siap batin tpi belum siap materi nya.

Dimana ada yg sudah siap batin nya tapi belum diizinkan orang tua.

Dan mungkin ada yg sudah siap segala nya kecuali si calon yg belum nampak wujud nya dan belum tahu sembunyi dimana., hehe

Jadi kurang tepat rasanya bila ada beberapa pihak yg tdk mengenal dan tdk tau siapa diri kita tapi menyuruh untuk cepat2 namun tanpa mengiringi dengan persiapan yg tepat.

Bkan kah prnikahan itu sejatinya adalah ibadah yg dijalani seumur hidup?

Bisa kalian bayangkan bila memutuskan utk melakukan nya hanya karena 'di kompori' namun trnyata sgala sesuatu nya belum dipersiapkan..??

Trmasuk belum mempersiapkan ilmu agama yg cukup sebagai bekal membina rumah tangga di masa depan, maka dipastikan kehidupan dalam pernikahan  nantinya tdk akan sesuai dengan apa yg kta harapkan.

Menikah bukan hanya agar bisa pacaran secara halal saja namun jg ada tanggung jawab besar dalam hal dunia dan akhirat yg kelak menanti di dlam nya.

Maka buat saudaraku yang  msih single, sibukan lah masa menanti kalian dengan menuntut ilmu syari, dan meningkatkan kualitas diri. Bukan malah sibuk baper sana baper sini.

Insyaa Allah segala sesuatu telah Allah siap kan tersendiri. Perihal kapan waktunya bukan lah mnjadi masalah yg berarti. Karena yg penting adalah, saat dipertemukan nanti kalian tlah sama2 saling siap dalam kemantapan iman dan hati.

Lalu bagaimana nanti ketemunya? 

Hmm.., Kan sudah ditulis sama Allah di Lauhul Mahfudz.

Yakin saja, Allah punya cara yg tdk pernah kita duga. Percaya saja kepada Allah SWT. Hhmm.. Allah Maha Tahu kok kapan waktu yg tepat dan terbaik.

Jadi serahkan saja smua pada Allah Azza Wa Jalla yg Maha Membolak-balik kan hati, selain tawakal jngan lupa jg ikhtiar dan niatkan hanya utk menggapai keridhoan-Nya semata, Inshaa Allah beres.

Yahh., Karena Menikah Bukan Hanya Sekedar Ingin.,

Dan buat yg slalu nanya nih kpan nikah.? Ga usah bnyak nanya lah, Saling Mendoakan itu jauh lebih baik.

Sabtu, 25 November 2017

sudahkah kita bersyukur.??


Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar jantung kita tetap berdetak pagi ini..? Tapi Alhamdulillah saat ini kita menikmati pagi dengan jantung yang masih berdetak, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mata kita tetap sehat sehingga dapat kembali menatap indahnya pagi ini..? Tapi Alhamdulillah pagi ini kita bangun dengan mata yang sehat, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih dalam keadaan sehat wal afiyat? Tapi Alhamdulillah.. Saat ini kita menikmati pagi dalam keadaan sehat wal afiyah, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih bisa berkumpul bersama keluarga tercinta ? Tapi Alhamdulillah.. Ternyata pagi ini semua anggota keluarga masih utuh dan semua dalam keadaan sehat wal afiyat, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mobil kita tidak mogok atau kecelakaan? Tapi Alhamdulillah.. Pagi ini kita selamat sampai tujuan tanpa kurang sesuatu apapun, padahal kita tak pernah memintanya.

Kalau begitu pernahkah kita berfikir bahwa ternyata ada begitu banyak karunia Allah yang kita nikmati, padahal kita tak pernah memintanya.

Lantas mengapa hanya karena satu do’a yang belum kunjung berjawab kita lalu berprasangka buruk kepada Allah. Kita seolah lupa semua karunia-Nya. 

Tanpa rasa malu lidah kitapun mengucapkan kalimat yang menggambarkan keputusasaan, “Saya sudah meminta.. tapi Allah tidak mengabulkan permintaanku”. Padahal bila Allah mengakhirkan pengabulan atas satu do’a pasti ada hikmahnya.

Bersyukurlah

Karena kita masih dapat menikmati pagi dalam keadaan sehat, semua organ tubuh masih berfungsi dengan baik, kita juga masih bisa makan, minum dan menjalani aktifitas pagi dengan suka cita, padahal kita tak pernah mengangkat tangan ke langit dan berdoa meminta semua itu. Tapi Allah memberinya karena kasih sayang-Nya. Ternyata begitu banyak yang belum kita syukuri.

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Minggu, 19 Maret 2017

selalu ada yang waktu jawab

Bulan Januari 2016. Pada suatu hari di cafe ternama yg  terletak di  pusat Kota Makassar. Pada sebuah meja bersegi empat, kami duduk berhadapan. Gelas-gelas mulai terisi penuh dan kemudian habis seiring selesainya cerita kami.

Mungkin ini sedikit yang bisa saya simpulkan selaku pendengar yang baik hari itu.. Ya, hari itu bukan saya tokoh utamanya, melainkan seorang sahabat yang sedang berjuang untuk melupakan cerita lalunya. Sahabat yang satu2nya menyapa saya dengan sebutan "om" tpi saya juga menyapanya dengan sebutan "tante".

(semua nama disini tidak akan saya samarkan..)

Wahyuni, seorang sahabat yg easy going, mulai apatis dengan keberadaan cinta, meneguk tehnya ditemani perih yang belum hilang akibat kandasnya cerita yang sempat dibangun.

“Yasudalah, ikhlasin saja. memang bukan jodohnya,”

Mencoba belajar move on akibat sakitnya dikhianati dan tidak dianggap utuh.



Hingga kamis kmarin notifikasi Blackberry Messengerku berbunyi
"Om, krumahki makan siang hari sabtu"

Sabtu itu, semua cerita sudah terbalik, pada pertemuan kembali walau bukan di tempat yang sama tapi satu benang merah yang bisa ditarik adalah...

Selalu ada yang waktu jawab..

Wahyuni. Hari ini.
sudah memiliki pria yang ia sebut dengan hormatnya sebagai kekasih, setelah lelah mencoba membukakan hati untuk orang lain.

Alunan nyanyian mengantarkan sang kekasih mengisi hatinya. Cinta mulai merekah kembali, berhamburan keluar dengan wanginya yang khas. Ketulusan dan kesucian mulai kembali menemani, senyum mulai tersungging dan harapan kembali terbangun.

"Bulan mei om! Doakan nah". Menikah? Yeahh. Tapi saya peringatkan bahwa omongannya tidak bisa dianggap sekedar candaan. Sabtu itu adalah hari dimana sahabatku ini melangsungkan acara mappetuadanya (lamaran).


Sebegitu hebatnya waktu, sehebat itulah Tuhan membolak-balikkan perasaan manusia. 15 bulan lalu kami bertemu untuk merayakan pedihnya ditinggal cinta, 15 bulan kemudian kami kembali bertemu atas kebahagiaan yang telah diraih.

Semoga lancar sampai hari H-nya tante.

Hebatnya waktu.

Selasa, 14 Maret 2017

Memang Benar Hidup Itu Pilihan

Sdah sekitar beberapa bulan ini, salah seorang teman baik saya kerjaannya ngeluh2 ke saya mengenai pekerjaan yang dianggapnya supeerrr dupeer annoying. Saya memang tidak pernah melarang dia ngeluuh apapun ke saya, karena hey that what’s friends are for kan. Jadi, keluhan demi keluhan dia saya dengarkan dengan sabar, sesekali saya abaikan.

Intinya pekerjaan dia itu membuat dia stress bukan kepalang, tiap pagi dia bangun dengan keadaan berat hati untuk pergi ngantor. Problemnya menurut saya sudah sistemik, dari mulai gaji yang dibayar kurang hingga loading pekerjaan yang tidak ada habisnya.. Pokoknya hari-hari dia stress berat dan bahkan dia bisa nangis ketika perjalanan ke kantor.

Saya, yang memang pada dasarnya terlahir sebagai seorang yang happy go lucky, jelas bingung masa ya ada spesies macam ini, yang sudahlah jelas-jelas tersiksa, tapi bukannya memutuskan resign dan cari kerjaan yang lebih sesuai passion.

Saya bukan tidak pernah berada di posisi teman saya ini, dulu jg saya prnah kerja dengan kontrak, saya juga tiap pagi dan pulang kantor ngeluh saking saya tdk suka dengan pekerjaan dan lingkungannya. Eh tapi jangan disamakan, saya tersiksa karena saya tidak punya pilihan. Mau keluar? Tidak mungkin, saat itu yang saya bisa lakukan hanya menjalani hingga selesai.

Lah teman saya ini? Variabelnya bisa berubah kok. Resign, beres.

Ngomong gampang sih.

Salah satu hal yang membuat dia bertahan di kantor itu adalah perasaan tidak enak untuk resign, karena ya dia kerja di perusahaan besar dan bergengsi (walau dibayar di bawah kemampuannya), dan dia merasa namanya besar karena perusahaan tempat dia bekerja ini.

Berbekal ketidakenakan itu, akhirnya teman saya memutuskan untuk bertahan dibanding menghadapi atasan untuk resign dan bergumul dengan ketidapercayaan diri yakin bisa diterima di perusahaan lain yang lebih baik, atau setidaknya dengan pekerjaan yang lebih baik lah.

Kemarin malam,

Saya ngopi dengan teman saya yang lain, teman saya yang ini berani meninggalkan pekerjaannya yang masuk dalam hitungan mapan finansial di Ibukota untuk pulang ke kampungnya memulai pekerjaan yang lebih tidak seksi tapi ternyata membuatnya bangun pagi lebih semangat.

Di situ, saya menceritakan masalah teman saya yang pertama, yang kebetulan juga mereka saling mengenal. Hingga gelas kami kosong, kami hanya menarik satu kesimpulan..

“Yasudalah, tidak semua orang mampu memilih dan berkata tidak untuk pekerjaan yang tidak sesuai kemauan.”

atau dalam bahasa saya,

Banyak orang terkurung dalam perasaan takutnya sendiri, terpenjara dalam ketidakenakan dan tuntutan menyenangkan banyak orang. Perasaan takut mengecewakan dan melupakan perasaan sendiri.

Myeh,

Saya sih jauh dari model begitu.

Tidak suka? Ya jangan dilakukan.

Saya cuma punya satu hidup dan satu badan kok,

Mau-mauan dipake untuk melakukan hal yang menguras emosi.

Untuk orang seperti saya, tidak punya pilihan adalah hal paling menyiksa. Untuk teman saya? Tidak membuat orang lain senang adalah penyiksaan yang lebih lagi, walau diri sendiri sama saja tersiksanya.

Kamu yang mana?