Saya jd supporter United sejak 97/98. Masih bocah banget. Bahkan belum
sunat. Pada saat itu cuma nongkrongin Cantona main. Tdk ada Cantona sy
malas nonton nya. Paling banter, cuma suka liat aksi terbang nya
Schmeichel aja. Maklum tahun2 segitu NBA, yg identik dengan aksi
manusia2 terbang, sedang tenar2 nya. Baru sekitar musim 2000/2001 mulai
rajin nongkrongin United tiap weekend. Ternyata itu berlanjut sampai
sekarang. 14 tahun sudah.
Saya bukan fans. Mungkin bisa dibilang begitu jika fans itu identik dengan menonton langsung idola nya. Ikut kemana idola nya pergi. Berusaha
dekat dengan idola nya. Dan sebagainya. Saya tdk segitunya. Saya cuma rajin
nonton dan baca berita nya saja. Maklum jaman segitu jaman susah. Tidakpunya uang utk melakukan semua itu. Satu lembar jersey pun tdk punya.
Koleksi pernak pernik baru dimulai dan makin menggila sejak sy
punya uang tabungan sendiri. Waktu itu saya cuma punya satu lembar poster ukuran
besar saat United juara 1999. Lainnya? Tidak ada. Paling ngumpulin pin up
dari majalah atau pun tabloid Bola. Saya cuma supporter. Orang yg
mensupport. Mendukung. Dari jauh.
Saya juga bukan hater. Sw tidak benci klub lain. Pada dasarnya saya suka
nonton liga Inggris. Jadi rata2 tim dari English Premier League saya suka. Believe it or not, sy dukung Liverpool saat final UCL 2005
melawan Milan. Daripada saya dukung tim dari liga lain, saat itu sy lebih
baik dukung tim dari Inggris. Kesukaan sy kepada EPL berimbas pada
kesukaan sy pada Timnas Inggris. Walaupun katanya kebanyakan fans United
itu benci timnas Inggris, ya itu terserah. Bahkan saya punya poster
timnas Inggris tahun 2002. Sudah sy bilang sy bukan haters. Sy cuma supporter. Orang yg mensupport. Mendukung. Dari jauh.
Tapi, gara2 itu, ada satu pengecualian. Arsenal. Diantara jutaan tim
bola di dunia, saya paling tdk suka sama Arsenal. Entah kenapa. Apalagi
sejak jaman Martin Keown yg membully Ruud Van Nistelrooy. Persaingan
panas United - Arsenal. Ditambah fakta bahwa saat itu Arsenal merupakan
tim yg jarang menyumbang pemain utk timnas Inggris. Ditambah kelakuan
supporter2nya di negeri ini yg tdk berhenti mengucapkan kata2 kotor dan
plesetan2 murahan untuk semua tim lain. Lengkap sudah. Yg pernah main2
ke forum fans Arseal pasti tau. Tapi seiring berjalan nya waktu,
kebencian itu pun lama2 melunak. Saya cuma supporter. Orang yg mensupport.
Mendukung. Dari jauh.
Istilah supporter atau pendukung ini saya pegang erat. Apapun yg terjadi
pada United, saya tetep support. Kalah, menang, juara, degradasi, ganti
pemain, ganti manajer, jersey nya jelek, blah blah blah, saya tetap support
Apalagi disaat2 seperti ini. Transisi dari Fergie, Moyes, ke Van Gaal
Saya sudah prediksi sejak akhir musim lalu. United akan sulit juara.
Prediksi sy Chelsea mungkin bakal juara. Bahkan direksi United
sendiri pun nampaknya sudah memprediksi hal ini, dibuktikan dengan
panjang nya kontrak yg diberikan kepada Van Gaal. Walaupun bisa
saja sebelum beberapa tahun Van Gaal sudah dipecat, tapi paling tidak dari niat
awalnya sudah bisa tergambar bahwa Direksi akan bersabar sampai beberapa tahun.
Saya? Mau 10 tahun pun sy tetap akan dukung United. Siapapun manajer nya.
Yg bikin saya gerah akhir2 ini adalah banyaknya supporter United yg tidak
berperilaku sebagai supporter. Tapi nyambi juga sebagai haters klub
lain. Atau tukang kritik yg justru bikin United bisa saja down mental
nya. Dengan cara membully via sosmed. Kalah dikit cuap2 bahkan sampai
ada hashtag #VanGaalOut #VanGagal, yg jangankan beberapa tahun, 1 tahun saja belum..
Salah satu perilaku yg cukup menggelikan menurut saya adalah perilaku
tukang kritik. Kebanyakan diantara mereka diam ketika melihat starting
line up. Kemudian mendukung United dengan lantang ketika kick off. Tapi
ketika United ketinggalan dan nampaknya akan kesulitan menang, mulai
mencaci maki dengan umpatan2 ringan semacam g*blok, jual aja, dan
semacamnya. Nah ketika peluit panjang ditiup dan United dinyatakan
kalah, mulai deh, mereka menyalahkan manajer. Dalam hal ini Van Gaal
(walaopun dari jaman Fergie pun sudah seperti itu). Harusnya pakai
formasi ini, harusnya sayapnya si itu, harusnya playmakernya si dia,
harusnya pemain anu diganti menit ke sekian, dan seterusnya.
Kenapa sy bilang menggelikan??
Karena itu semua dilakukan setelah kita tau hasil akhirnya.
Ingat, manajer memilih formasi sebelum tau hasil akhir. Manajer memilih
starting XI sebelum tau hasil akhir. Manajer memutuskan mengganti atau
tdk mengganti pemain sebelum tau hasil akhir. Tapi para kritikus ini berkoar2 setelah tau hasil akhir. WTF. Nenek2 juga bisa.
Ditambah, manajer adalah orang yg lebih tau dengan kenyataan disana
dibanding kita. Mungkin menurut kita Juan Mata lebih baik dimainkan di
match tadi, tapi manajer tau bahwa Juan Mata sedang flu atau sedikit
keseleo, atau apapun lah. Kita tidak tau persis. Dan tidak semua hal
manajer ceritakan ke media sebagai satu2nya sumber informasi yg kita
konsumsi.
Bisakah kalian melakukan semua kritikan itu sebelum kick off? Dan kita
lihat hasilnya, formasi siapakah yg lebih baik? Van Gaal atau kalian?
Lewat tulisan ini sy mengajak, bahkan menantang anda2 yg selama ini
sering teriak2 koar2 setelah kekalahan United, untuk membuat starting XI
sendiri sebelum kickoff, bahkan sebelum starting XI United keluar.
Kemudian bandingkan dengan penampilan si pemain setelah match berakhir.
Dan setelah starting XI United diumumkan, silakan caci maki formasi
piihan Van Gaal tersebut. Buktikan setelah pertandingan apakah pemain yg
anda caci maki tadi benar bermain jelek? Atau pemain2 yg anda sanjung2
itu benar bermain brilian?
Ohh iya, jangan tantang saya membuat starting XI sendiri. Atau mengkritik
formasi manajer sebelum kick off. Saya bukan analis. Saya bukan manajer. Saya
bukan kritikus. Apalagi setelah kekalahan United. Saya cuma supporter.
Orang yg mensupport. Mendukung. Dari jauh. Sebelum dan sesudah
pertandingan. Menang atau Kalah. Saya tetap seorang pendukung.
tetep dukung
United.