Minggu, 24 Mei 2015
menjadi manusia seutuhnya :)
What makes you human? tiba-tiba aja terlintas di pikiran saya, apa sih sebenarnya yang membuat seorang manusia itu jadi manusia seutuhnya? Apa hanya dengan seluruh organ kita bekerja sempurna, masih sanggup bernapas, berpikir, berjalan dan berlari membuat kita menjadi manusia seutuhnya? Atau mungkin keutuhan manusia itu dinilai dari kemapanan karir, kestabilan pendapatan, branded bags and shoes, mobil yang nyaman dan pergaulan sosial kelas atas?
Ternyata, setelah saya menekan tombol pause dan berfikir sejenak, ternyata konsep manusia itu tidak pernah serumit itu. Beberapa manusia (hitunglah saya; dahulu..) terjebak dalam ekspektasi orang akan sebuah keberhasilan, nyatanya pada akhirnya, tak ada keutuhan apalagi kebahagiaan yang didapat dari menyenangkan banyak orang. Yang tersisa hanya kegamangan, kejomplangan pegangan dan ketidakseimbangan perasaan.
Hidup kok diatur banyak orang sih, yud? atauu Hidup kok harus berdasarkan apa yang orang-orang yakini kebenarannya? atauu.. Hidup kok berkiblat pada apa yang mayoritas yakini kekerenannya.. Lelah menghadapi hidup seperti itu, pada akhirnya saya berontak, saya teriak; hidup saya menjadi sebuah robot satu arah yang berorientasi pada orang banyak, yang sedihnya bahkan beberapa dari mereka tidak pernah saya temui langsung. Sindrom popularitas atau apalah sebutannya ternyata bukan yang saya mau dan saya kejar, tidak ada kenyamanan berada dalam zona tersebut. Hampir ratusan orang mengenal nama saya, tapi kadang saya berpikir, dari ratusan orang tersebut siapakah yang benar-benar tulus mendoakan saya ketika saya sakit atau benar-benar mengingat ulang tahun saya karena mereka menyimpannya dalam memori jangka panjang mereka bukan dari reminder facebook. Ternyata bahkan 10%nya saja tidak. Lalu, untuk apa saya susah-susah memenuhi ekspektasi semua orang bahkan hanya untuk sekedar bertegur sapa saja saya tidak pernah?
Ini bukan sebuah perkara kesombongan, tapi sebuah nilai dari ketenangan menjalani hari. Bahwa ada ketenangan luar biasa damai ketika saya berhenti untuk memenuhi semua harapan orang, untuk kembali fokus pada dunia kecil saya di rumah. Bersyukur mengenal banyak orang jelas saya rasakan, merasa terberkati bisa duduk satu meja dengan orang-orang hebat juga salah satu hal yang tak pernah bisa saya bayangkan sebelumnya. Euphoric? Mungkin. Tetapi ternyata ada hal-hal sederhana yang saya lupakan ketika saya terlalu sibuk untuk menyenangkan banyak orang.
Apa itu? Kesederhanaan kebahagiaan kecil.
Mulai kembali kerumah.. ungkapan sederhana, sesederhana tulisan ini tapi tidak sesederhana itu akhirnya.. ternyata, saya menemukan kebahagiaan kecil tetapi banyak pada kata itu. Rumah. Apa yang saya maksud rumah disini bukan hanya sekedar bangunan tempat saya tinggal, tetapi dimanapun saya menaruh dan menitipkan hati saya disitu, tempat dimana saya bisa menelanjangi diri saya sendiri, tempat dimana saya bisa menjadi diri saya yang utuh tanpa terbebani oleh ekspektasi orang banyak. Saya cukup kaya raya untuk memiliki banyak rumah.. Alhamdulillah untuk itu..
Rumah orang tua saya, jelas rumah.. Cium pipi keluarga saya, itupun rumah.. Pelukan hangat seorang teman, lebih dari rumah.. Menyeruput kopi dan teh hangat bersama pasangan ataupun sahabat, sayapun merasa di rumah. Ternyata rumah bukan hanya tempat pulang, rumah adalah tempat dimana saya menaruh seluruh lelah, menyerahkan segala upaya dan memasrahkan semua tenaga untuk menaruh ketenangan disana. Saya ternyata kaya.. Saya memiliki banyak rumah yang sebelumnya saya lupakan.
Kebahagiaan hal sederhana., Ternyata bukan didapatkan dari popularitas ataupun barang mewah. Sesungguhnya kemewahan yang termewah adalah semua yang tak terbeli dengan uang. Keluarga, sahabat dan kekasih. Bukan harga dari secangkir kopi yang dinilai, tapi kehangatan ketika bercengkrama, bukan harga dari perjalanan jauh berjam-jam yang dihitung, tapi leganya melihat senyum keluarga. Bukan harga internet perbulan yang dijadikan patokan, tapi bahagianya bisa mendengar suara orang-orang yang disayang.
Beberapa bisa dibeli dengan uang, tapi apa yang didapatkan tak ternilai oleh uang. Kedamaian itu terselip sempurna dari kesederhanaan, ketenangan itu terduduk samar dibalik sebuah hangatnya penerimaan lingkungan kecil.
Masih mau meremehkan lingkungan sekitar?
atas nama 2 gelas minuman hangat dan 1 pelukan penuh kasih serta rasa nyaman tak terhingga saya deklarasikan diri saya sebagai... manusia :)
Sabtu, 16 Mei 2015
menerawang jauh
Beberapa waktu belakangan ini, entah kenapa, saya seperti merasa begitu dekat dengan kematian.
Kadang saya berfikir, Iam still 23, dan masih jauh sekali dengan kematian, saya akan mati karena tua.
Namun, saya sadar bahwa saya salah, bahwa Allah bisa mengambil saya kapanpun Allah mau.
Siapkah saya ?
Apa yang sudah saya berikan untuk Allah ?
Amalan apa yang sudah saya lakukan sepanjang saya hidup ?
Dan saya tertegun,
Bukannya saya tidak takut mati.
Tapi saya tidak siap untuk mati, malah saya takut untuk hidup tapi jauh dari Allah.
Kadang saya berfikir lebih jauh lagi,
Seperti apa rasanya mati ? atau seperti apa saya mati ?
Dengan cara apa saya mati ?
Dimana saya mati ?
Siapa yang sedih saat saya mati ?
Siapa pula yang tertawa saat saya mati ?
Apa banyak yang datang? Apa ada yang datang?
Apa yang mereka bakal bilang tentang saya?
Apa kenangan yang mereka inget tetang saya?
Apa ada yang rela nyetir jauh-jauh dan susah-susah parkir, untuk ngeliat saya untuk terakhir kali ya?
Apa iya, ada?
Kadang saya merasa, kematian adalah topik yang sensitif untuk kita.
Sesuatu yang “ada” tapi selalu kita deny keberadaannya.
Living is constant denying for death.
Kematian itu kekal, justru saat kematian itu menjemput, disitulah dimulai hidup kita yang lebih kekal dan tak lagi fana,
Namun mengapa saya begitu takut untuk mati ?
Mengapa saya selalu dihantui dengan perasaan tidak kuat atau sedih untuk ditinggalkan orang-orang disekitar saya ?
Kita makan, kita bercanda, kita karaoke, kita jatuh cinta. We forget about death. We are too busy with our distraction. But it is there. And when it hits, it hits hard.
Dan sebenernya yang saya inginkan adalah,
I want more to die special, than live special . .
Seketika saya sering merasa orang paling kecil di dunia.
Raga ini bisa dengan mudah diambil dan direnggut paksa oleh kematian.
Tiupan lilin ulang tahun mengindikasikan hidup yang semakin pendek dan menanti untuk berakhir.
Setiap tarikan nafas adalah satu tarikan nafas lagi untuk mendekati kematian.
Saya ingin saat suatu saat nanti kematian itu datang menghampiri saya.
Dimana saat nisan itu tertulisa nama saya.
Orang bisa merecall kembali masa-masa itu.
Bisa tersenyum bangga atau mungkin kembali menangis sedih . .
Yaa, saya mau itu . .
Kadang saya berfikir, Iam still 23, dan masih jauh sekali dengan kematian, saya akan mati karena tua.
Namun, saya sadar bahwa saya salah, bahwa Allah bisa mengambil saya kapanpun Allah mau.
Siapkah saya ?
Apa yang sudah saya berikan untuk Allah ?
Amalan apa yang sudah saya lakukan sepanjang saya hidup ?
Dan saya tertegun,
Bukannya saya tidak takut mati.
Tapi saya tidak siap untuk mati, malah saya takut untuk hidup tapi jauh dari Allah.
Kadang saya berfikir lebih jauh lagi,
Seperti apa rasanya mati ? atau seperti apa saya mati ?
Dengan cara apa saya mati ?
Dimana saya mati ?
Siapa yang sedih saat saya mati ?
Siapa pula yang tertawa saat saya mati ?
Apa banyak yang datang? Apa ada yang datang?
Apa yang mereka bakal bilang tentang saya?
Apa kenangan yang mereka inget tetang saya?
Apa ada yang rela nyetir jauh-jauh dan susah-susah parkir, untuk ngeliat saya untuk terakhir kali ya?
Apa iya, ada?
Kadang saya merasa, kematian adalah topik yang sensitif untuk kita.
Sesuatu yang “ada” tapi selalu kita deny keberadaannya.
Living is constant denying for death.
Kematian itu kekal, justru saat kematian itu menjemput, disitulah dimulai hidup kita yang lebih kekal dan tak lagi fana,
Namun mengapa saya begitu takut untuk mati ?
Mengapa saya selalu dihantui dengan perasaan tidak kuat atau sedih untuk ditinggalkan orang-orang disekitar saya ?
Kita makan, kita bercanda, kita karaoke, kita jatuh cinta. We forget about death. We are too busy with our distraction. But it is there. And when it hits, it hits hard.
Dan sebenernya yang saya inginkan adalah,
I want more to die special, than live special . .
Seketika saya sering merasa orang paling kecil di dunia.
Raga ini bisa dengan mudah diambil dan direnggut paksa oleh kematian.
Tiupan lilin ulang tahun mengindikasikan hidup yang semakin pendek dan menanti untuk berakhir.
Setiap tarikan nafas adalah satu tarikan nafas lagi untuk mendekati kematian.
Saya ingin saat suatu saat nanti kematian itu datang menghampiri saya.
Dimana saat nisan itu tertulisa nama saya.
Orang bisa merecall kembali masa-masa itu.
Bisa tersenyum bangga atau mungkin kembali menangis sedih . .
Yaa, saya mau itu . .
Selasa, 05 Mei 2015
NEVERLAND WANNABE
"So come with me, where dreams are born, and time is never planned. Just think of happy things, and your heart will fly on wings, forever, in Never Never Land!" - Peter Pan Quotes
Peter Pan berawal dari sebuah drama di mana skripnya ditulis oleh James M. Barrie. Peter Pan termasuk film sepanjang masa yang masih dikenal sampai saat ini. Peter Pan adalah sosok anak yang nakal yang dapat terbang dan bertualang bersama Wendy Darling dan sang peri Tinker Bell di dalam sebuah pulau yang bernama Neverland.
Neverland sendiri merupakan pulau yang penuh akan imajinasi anak-anak. Di sana tidak akan dikenal adanya proses mandiri dan yang ada di sana hanyalah kebahagiaan. Tak akan ada perang, dendam, saling benci ataupun iri hati, dan kejahatan yang menimbulkan rasa benci.
Neverland merupakan wahana di mana semua orang harus bergembira dan pasti merasakan kebahagiaan tiada tara. Tak akan ada kegelapan di sana karena matahari dan bulan selalu ada. Kita bebas mengekspresikan diri kita seperti yang kita mau. Mereka tidak akan pernah mengenal kata dewasa karena di sana tidak pernah terlahir kedewasaan. Mereka menikmati masa-masa berbahagia sebagai anak-anak dan tak peduli akan tanggung jawab yang akan semakin membebani mereka.
Sejujurnya, saya tak pernah puas dengan dunia Neverland yang pernah saya nikmati sampai kini. Saya memang tidak pernah ingin menjadi dewasa dan menjadi tua. Saya ingin menikmati kehidupan saya seperti masa kanak-kanak di mana kita semua boleh menggantungkan mimpi kita setinggi mungkin. Lebih tinggi daripada langit. Kita memperoleh jutaan kebahagiaan di masa kanak-kanak yang tak akan luput dari ingatan kita.
Masa kanak-kanak adalah masa-masa bahagia. Kita tidak pernah memikirkan adanya permusuhan dan rasa benci. Tidaklah juga kita mengenal politik, ekonomi, kriminal, atau perang. Yang ada hanyalah bahagia untuk menikmati hidup.
Masa kecil saya adalah masa kebahagiaan di mana saya belum bertanggung jawab atas apapun. Saya pernah mengalami Neverland. Saya pernah masuk ke dalamnya. Saya tidak peduli apa yang saya mainkan. Yang saya tahu hanyalah kebahagiaan. Seperti Peter Pan dan Wendy yang terbang berkeliling Neverland sambil bermain-main. Mereka tidak tahu dan tidak peduli dengan apapun yang ada.
Sampai Kapten Hook menyerang. Ia ingin merebut kebahagiaan di mana kita bebas terbang dan ia merasakan iri hati. Serbuk bintang yang ada bersama Peter Pan. Di sanalah satu kebahagiaan akan hilang. Saya sedang berada di dalam pertempuran melawan Kapten Hook karena saya tidak pernah menginginkan menjadi dewasa.
Namun, ketika saya sadari. Inilah saya dan di sinilah saya. Ini bukanlah Neverland. Bukan dunia yang penuh akan keceriaan. Semua orang diwajibkan menjadi dewasa dan memiliki tanggung jawab di dalam hidupnya. Semua orang harus menjalankan hidupnya tanpa bisa lagi bermain-main dan di dunia ini, kita mengenal hanya ada satu bulan dan satu matahari yang selalu berputar bergantian. Tak ada lagi kebahagiaan di mana kita bisa terbang bebas sebebas-bebasnya. Di dunia ini, dunia yang serba terbatas, kita diwajibkan bertumbuh menjadi dewasa sedewasa-dewasanya.
Tugas yang harus diemban adalah mewujudkan mimpi, tetapi bukanlah di Neverland. Ini dunia yang bukan Neverland, melainkan everland. Di sini, kita mengenang masa-masa kita bermain di Neverland sambil memperjuangkan kehidupan di tanah yang sesungguhnya.
Mungkin sekarang, saya ingin kembali ke Neverland. Saya akan menuju Neverland.
Namun pertanyaannya adalah, adakah lagi Neverland itu? Kalau ada, di mana?
Neverland adalah sebuah negeri yang hidup di dalam kepala. Ya, tentu saja ada. Itu adalah sebuah negeri hasil imajinasimu, sebuah negeri fantasi yang sejatinya hasil rekayasa atas kekreatifanmu menyiasati kebosanan/kemuakan atau mungkin karena kau memang menginginkan hal-hal baru.
NEVERLAND WANNABE
Langganan:
Postingan (Atom)