teks

"Terkadang ada kesenangan yang ingin dibagi, sesekali kesedihan ingin dimengerti, suatu saat ada pula resah yang ingin berkisah"

My Social Media

alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Recomendasi Iklan

Senin, 20 April 2020

Membuat Nyaman dan Risih Lawan Bicara Ternyata Semudah Itu

Kalian pernah memiliki kenalan yang mungkin hidupnya pahit sehingga setiap kita sharing keputusan maupun rencana dalam hidup ia akan selalu menanggapi dengan pernyataan negatif?

X : “sudahka order baju di shop...”
Y : “hmm, jelek-jelek modelnya di sana..”

padahalkan ini perkara selera

X : “coba deh staycation di hotel sana..., bgus kyaknya”
Y : “bgaimana nda bagus, harganya sja mahal.”

padahal ya yang keluar uang kita juga..

X : “weekend sekali-kali ke pantailah....”
Y : “deehh pantai, di sana ituuh ya cuma pantaiji, ndadami yang menarik lainnya.”

lagi-lagi, yang bayarkan juga bukan dia.

X : “mau lanjut sekolah lagi, bukan buat karir memang, tapi karena ego sendiriji"
Y : “deeehh, habis2in waktu saja”

otak yang dipake otak kita, waktu yang kebuang juga waktu kita.

X : “langganan paket internet provider yang itu, ada paket unlimitednya”
Y : “ribetttt woy.. provider yg itu ribett sekali daftarnya.”

kebutuhan juga, kebutuhan kita.

Familiar?
Atau malah, secara tidak sadar kita sendiri juga memperlakukan orang seperti itu? Mudah menanggapi rencana dan pilihan seseorang dengah hal negatifnya?

Terlepas dari niatnya yang memang memberikan tanggapan dan anggapan jujur mengenai hal yang kita maksud, tapi buat saya, hal terbaik yang bisa diberikan lawan bicara adalah tanggapan yang baik untuk hal netral, apalagi untuk hal baik, dan bukan sebaliknya.

Pengalaman pribadi mengenai hal-hal yang berkaitan bisa disampaikan sebagai bentuk sharing yang tidak perlu menjatuhkan sebuah pilihan. Terlihat simpel, tapi sering terlupakan bagi kita yang terbiasa dengan blak-blakan juga kejujuran.

Berlindung di balik “Mending jujur daripada fake.”

Walaaaah,
Ada yang terlupa bahwa jujur tidak selalu identik dengan kepalsuan, bahwa menghargai pilihan, sekontra apapun dengan yang kita ambil, tetap bukan sebuah kepalsuan melainkan pengendalian diri untuk menjadi manusia yang nyaman untuk diajak bercerita.


X : “InsyaAlah Doottt, tahun depan nikahma, doakan nahh .”
Y : “yayaya Alhamdulillah, Tapi ingat nah, masalah berumah tangga itu beda dengan masalah pacaran, jadi kalau mau maju lebih jauh, pastikan dlu paham apa yang bakalan terjadi ke depannya..”

 
X : “bulan depan rencana mau traveling ke kota inii sendirian, rencana saya mau nonton langsung laga PSM makassar away jg dsana”
 Y : “wuihhh!! akhirnya, btw, kota itu tingkat kriminalitasnya tinggi, apalagi untuk solo traveler. hati-hati saja di sana, atau kalau mau ganti destinasi banyak kota yang lebih ramah dan nyaman.”

 
X : “coba deh makan di cafe yang disana, kayaknya enak makanannya.”
Y : “tempatnya bagusssss.. makanannya biasa, tpi kalau kamu cari suasana dan mau foto-foto, bisalah.”

Menghargai keputusan seseorang semudah itu seharusnya.!!

Semoga kita selalu dihindari dari masuk ke golongan orang-orang yang malas diajak diskusi karena selalu menyanggah pernyataan tanpa melihat konteks keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar